JURNAL
PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
II
DISUSUN
OLEH :
VIKA
SEPUTRI
(A1C118086)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs.
SYAMSURIZAL, M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
KIMIA
JURUSAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2020
PERCOBAAN III
I.
Judul : Pembuatan
Senyawa Organik Asam Asetil Salisilat (Aspirin)
II.
Hari, Tanggal :
Kamis, 22 Oktober 2020
III.
Tujuan : Adapun tujuan dari percobaan
kali ini, yaitu :
- Dapat memahami cara pembuatan asam asetil salisilat dari bahan baku asam salisilat dan asam anhidrat.
- Dapat memahami cara pembuatan asam asetil salisilat dari bahan baku asam salisilat dan asam asetat anhidrat.
IV.
Landasan Teori
Asam salisilat (o-hidroksil asam benzoat) merupakan senyawa
bifungsional yaitu gugus hidroksil dan gugus fungsi karboksil. Dengan demikian
asam salisilat dapat berfungsi sebagai fenol (hidroksi benzena) dan juga
berfungsi sebagai asam benzoat. Baik sebagai asam maupun sebagai fenol asam
salisilat juga mengalami reaksi esterifikasi. Jika direaksikan dengan Hydra
asam akan mengalami reaksi esterifikasi yang menghasilkan asam asetil salisilat
atau aspirin. Apabila asam salisilat direaksikan dengan metanol juga mengalami
reaksi esterifikasi yang hasilnya berupa Ester metil salisilat. Metode yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu metode TLC (Thin Layer Chromatografi) /
kromatografi lapis tipis (KLT) (Tim Kimia Organik, 2020).
Aspirin atau asam asetil salisilat ialah senyawa derivatif dari
asam salisilat. Aspirin ini berupa kristal putih dan berbentuk seperti
jarum. Pembuatan aspirin tidak akan menghasilkan produk yang baik jika
suasananya berair, karena asam salisilat yang terbentuk akan terhidrolisa
menjadi asam salisilat berair. Aspirin diperoleh dengan proses asetilasi
terhadap asam salisilat dengan katalisator H2SO4 pekat.
Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada gugus –OH dan asam salisilat
dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat. Asam salisilat adalah desalat
phenol, oleh karena itu reaksinya adalah asetilasi destilat phenol. Asetilasi
ini tidak melibatkan ikatan C-O yang kuat dari phenol, tetapi tergantung pada
pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai asam karboksilat untuk asetilasi
biasanya menghasilkan rendemen rendah. Hasil yang diperoleh akan lebih baik.
Jika digunakan suatu derivat yang lebih reaktif menghasilkan ester asetat. Nama
lain aspirin adalah metil ester asetanol karena diperoleh dari esterifikasi
asam salisilat sehingga merupakan asam asetat dan fenilsalisilat (Vogel, 1990).
Rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk memurnikan
zat-zat organik dalam bentuk padat salah satunya aspirin. Oleh karena itu
teknik ini secara rutin digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau
hasil isolasi dari bahan alami. Metode ini sederhana, material padatan ini
terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat titik didih
pelarutnya) untuk mendapatkan jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika
larutan panas perlahan didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan
padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak
akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk
mencapai jenuh (Ganiswarna, 1995).
Aspirin adalah zat sintetik pertama di dunia dan istilah lainnya
adalah Asam Salisilat (ASA). Obat ini sering digunakan sebagai analgesik untuk
menghilangkan atau meringankan rasa nyeri, sebagai antipiretik untuk mengurangi
demam, serta sebagai anti-inflamasi untuk mengurangi peradangan. Aspirin juga
berguna dalam mengobati penyakit rematik, dan sebagai anti-platelet (untuk
mengencerkan darah dan mencegah pembekuan darah) dalam arteri koroner (jantung)
dan di dalam vena pada kaki dan panggul. Aspirin juga telah digunakan untuk
mengatasi anak-anak yang mengalami Sindrom Bartter, dan juga dalam meningkatkan
penutupan Patent Ductus Arteriosus (PDA), hubungan abnormal antara
aorta (arteri utama terhubung ke jantung) dan arteri pulmonalis (untuk
paru-paru) pada bayi baru lahir (Damanhuri, 2010).
Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) di dalam trombosit
dan prostasiklin (PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat secara irreversibel
enzim siklooksigenase (akan tetapi siklooksigenase dapat dibentuk kembali oleh
sel endotel), sebagai akibatnya terjadi pengurangan agregasi trombosit. Aspirin
dosis kecil (20-40mg) hanya dapat menekan pembentukan TXA2 tetapi dosis yang
terbukti efektif (25-1g/hari) tidak selektif. Asetosal adalah obat anti nyeri
tertua yang sampai kini paling banyak digunakan diseluruh dunia. Zat ini juga
berkhasiat anti demam kuat dan pada dosis rendah sekali (40mg) berdaya
menghambat agregasi trombosit. (Tjay,T.H, 2002).
V.
Alat dan Bahan
- Alat
- Erlenmeyer 100ml
- Batang pengaduk
- Gelas kimia 500ml
- Pipet tetes
- Corong Buchner
- Plat TLC
- Bahan
- Asam Salisilat kering 2,5 gram
- Anhidrat asetat 4ml
- Asam sulfat pekat 2 tetes
- Etanol-air 50%
- FeCl3
VI.
Prosedur Kerja
- Pembuatan Asam Asetil Salisilat (Aspirin)
- Dimasukkan 2,5 gr asam salisilat, 4 ml anhidrida asam asetat dan 2 tetes H2SO4 pekat pada labu erlenmeyer.
- Diaduk dan kemudian panaskan pada penangas air dengan suhu 50-60 C selama 15 menit .
- Ditambahkan 50 ml air dan dinginkan dalam ice bath. Kemudian disaring Kristal yang terbentuk dan dicuci dengan air dingin.
- Rekristalisasi: masukkan produk aspirin yang terbentuk dalam Erlenmeyer , ditambahkan 5ml etanol-air 50% dan dipanaskan Erlenmeyer diatas hot plate sampai Kristal melarut.
- Jika tidak semua kristal melarut, ditambahkan sedikit etanol-air 50% dan ditambahkan terus sampai kristal tepat larut.
- Jika tetap masih ada residu, saring larutan dalam keadaan panas menggunkan kertas saring.
- Dinginkan filtrate, bila mulai terbentuk Kristal masukkan Erlenmeyer kedalam ice bath selama 15 menit.
- Disaring Kristal yang terbentuk menggunakan pmpa isap, cuci dengan air dingin dan biarkan Kristal mongering.
- Ditimbang produk yang telah kering , hitunglah % hasilnya dan perlihatkan pada dosen pembimbing.
- Tentukan kemurniannya dengan TLC
- Larutkan sedikit produk aspirin yang dihasilkan pada langkah 8 dengan menggunakan etanol-air 50%
- Pada plat TLC yang telah disiapkan, totolkan produk aspirin yang telah dilarutkan tersebut pada garis batas (sebelah kanan) dan totolkan standar asam salisilat yang telah disediakan (sebelah kiri)
- Tuangkan 5 ml eluen (alcohol 95%) kedalam beker gelas 100 ml, letakkan plat TLC tersebut (dalam posisi berdiri) kedalamnya dan tutup dengan aluminuim foil
- Hentikan proses elusi bila jarak eluen mencapai batas garis atas ujung plat TLC
- Keringkan plat TLC tersebut dan serahkan ke dosen pembimbing dan identifikasi dengan menggunakan larutan FeCl3
- Gambar dengan menggunakan pensil untuk spot/noda yang didapat dan tentukan harga Rf-nya
Dibawah ini merupakan link video terkait Percobaan Pembuatan Asam Asetil Salisilat (Aspirin) :
https://youtu.be/iKSx171IQDPERMASALAHAN
- Mengapa pada saat pemanasan harus pada suhu 50-60⁰C? Bagaimana jika dinaikkan suhu apa yang akan terjadi?
- Pada prosedur percobaan ini yaitu identifikasi dengan menggunakan larutan FeCl3. Apa peran atau fungsi dari FeCl3 disini?
- Mengapa pada peoses pembuatan asam asetil salisilat (aspirin) kita melakukannya dalam keadaan bebas air?
Saya Nely Frisca (A1C118036) akan menjawab pertanyaan nomor 1. Pada campuran dipanaskan pada suhu 50-60°C. Suhu ini harus dijaga agar tetap konstan karena jika terlalu tinggi aspirin akan terhidrolisis menjadi asam asetat. Pemanasan yang dilakukan ini berfungsi untuk mempercepat reaksi sehingga dapat menyebabkan asam salisilat larut dalam asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat.
BalasHapusSaya Bella Veronica (095) mencoba menjawab permasalahan no.2 peran FeCl3 disini adalah untuk kita menguji kemurnian dari asam asetil salisilat itu. Terimakasih
BalasHapusSaya Jony Erwin (098) akan menjawab permasalahan no 3
BalasHapussebab aspirin yang terkena air dapat berubah kembali menjadi asam asetat atau unhidra asetat(reaksi reversible). Selain itu dalam pencampuran asam salisilat dan anhidrida asetat serta H2SO4 erlenmeyer harus dalam keadaan kering sebab bila basah maka campuran akan berwarna hitam